HUTANG LUAR NEGERI INDONESIA TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2007 - 2013

          Hutang merupakan sebuah bentuk pinjaman baik itu berupa uang maupun sejenisnya yang bertujuan untuk memberikan bantuan kepada salah satu pihak yang sedang membutuhkannya. Dalam hal ini, konteks hutang negara berbeda dengan hutang yang dilakukan oleh sebagian masyarakat umum. Hutang negara bersifat untuk menjalankan roda pertumbuhan dan pembangunan ekonomi maupun bidang lain di suatu negara. Sedangkan hutang masyarakat tentu berbeda karena memiliki sifat yang berbeda pula seperti halnya untuk kepentingan pribadi dan bukan untuk kepentingan masyarakat luas.
          Utang Luar Negeri (ULN) atau pinjaman luar negeri merupakan sebagian dari total utang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Penerima utang luar negeri dapat berupa pemerintah, perusahaan, atau perorangan. Sedangkan bentuk utang dapat berupa uang yang diperoleh dari bank swasta, pemerintah negara lain, atau lembaga keuangan internasional seperti IMF dan Bank Dunia. Mengingat dari program sukses yang dicanangkan oleh Amerika Serikat Marshall Plan pada tahun 1940, yang menunjukkan sukses secara empiris menjadi dasar bahwa pemindahan sumberdaya dapat pula dilakukan dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang yang biasanya mengalami kekurangan modal untuk menggerakan mesin ekonominya (Rachbini, 1991).
          Utang luar negeri adalah variabel yang bisa saja mendorong perekonomian sekaligus menghambat pertumbuhan ekonomi. Mendorong perekonomian maksudnya, jika hutang-hutang tersebut digunakan untuk membuka lapangan kerja dan investasi  di bidang pembangunan yang pada akhirnya dapat mendorong suatu perekonomian, sedangkan menghambat pertumbuhan apabila utang-utang tersebut tidak  dipergunakan secara maksimal karena masih kurangnya fungsi pengawasan atas penanggung jawab utang-utang itusendiri.
Sesuai dengan fungsinya, hutang negara yang ditujukan untuk Investasi memiliki berbagai manfaat untuk pertumbuhan dan perkembangan negara tersebut.
          Dalam konteks ini Investasi memiliki kecondongan besar untuk mengembangkan hutang negara menjadi sebuah hal yang bermanfaat, bukan sebaliknya misalnya untuk subsidi yang bersifat konsumtif dan dirasa hanya memberikan dampak yang sedikit untuk perkembangan dan pertumbuhan ekonomi dan juga memiliki dampak negatif yang besar pula ketika bantuan hutang yang diberikan itu tidak dapat berkembang.


1.1.   Posisi Hutang Luar Negeri Indonesia Tahun 2007-2013
          Pada tahun 2007 Utang Luar Negeri Indonesia tercatat sebesar 84.067 juta USD dan produk domestik bruto yaitu Rp 1.964.327,3 miliar. Utang luar negeri dan produk domestik bruto meningkat setiap tahunnya, seperti pada diagram di bawah ini:

         
     Berdasarkan pada diagram di atas menunjukkan bahwa utang luar negeri dan produk domestik bruto yang terus meningkat setiap tahunnya terjadi pada tahun 2008. Utang luar luar negeri tercatat sebesar 89.599 juta USD dan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar Rp 2.082.456,1 miliar dan terus meningkat yaitu pada tahun 2012 utang luar negeri mencapai 252.364 juta USD dan produk domestik bruto mencapai Rp 2.618.938,4 miliar lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Utang luar negeri terus meningkat karena pemerintah tidak bisa mencukupi kebutuhan perekonomian. Dan PDB yang terus meningkat didukung oleh pertumbuhan konsumsi masyarakat, investasi pemerintah maupunswasta.
         Dalam (Rachmadi, 2013) menyatakan bahwa Utang Luar Negeri Indonesia mampu mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sektor-sektor ekonomi yang menyerap utang luar negeri cukup tinggi, terbukti menunjukkan pertumbuhan PDB yang terus meningkat. (Atmadja, 2000) menyatakan dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (inflasi). Utang luar negeri sama halnya seperti modal pembangunan. Utang luar negeri dapat meningkatkan kegiatan investasi agar kebutuhan dalam negeri dapat terpenuhi. Dalam perekonomian suatu negara terdapat suatu indikator yang digunakan untuk menilai apakah perekonomian berlangsung dengan baik atau buruk. Indikator dalam menilai perekonomian tersebut tercermin pada pertumbuhan PDB.

 
         Berdasarkan data diagram di atas menunjukkan investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mengalami fluktuasi. Pada tahun 2000 investasi sebesar 188.101,8 miliar Rupiah dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 4,9 persen. Kemudian di tahun 2001 investasi mulai turun sebesar 94.548,52 miliar Rupiah dan pertumbuhan ekonomi juga menurun sebesar 3,5 persen. Tetapi tinggi rendahnya investasi tidak selalu diikuti oleh tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi. Hal ini terjadi karena tingginya risiko investasi akibat masih adanya gangguan keamanan, ketidakpastian penegakan hukum, dan perselisihan perburuhan.
          Adapun pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh belum terpecahkannya berbagai permasalahan mendasar di dalam negeri yang kemudian diperberat oleh dampak melambatnya pertumbuhan ekonomi global terhadap penurunan kinerja ekspor Indonesia. Seperti yang kita lihat, bahwa investasi sering kalimempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Namun disisi lain pertumbuhan ekonomi juga ikut mempengaruhi investasi. Menurut (Sukirno, 1994) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan adalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan yang ditopang oleh investasi dianggap dapat meningkatkan produktivitas sehingga membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
          Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi maka setiap sektor perekonomian harus berproduksi lebih cepat dan banyak dari tahun sebelumnya. Ukuran kemajuan perekonomian dalam suatu negara akan selalu dilihat dari pertumbuhan ekonomi yang terjadi di negara tersebut. Tak terkecuali untuk negara yang masih berkembang seperti Indonesia. Pertumbuhan ekonomi akan selalu menjadi pusat perhatian.


1.2.   Dampak Hutang Luar Negeri Indonesia terhadap Ekonomi

          Tidak semua negara yang digolongkan dalam kelompok negara dunia ketiga, atau negara yang sedang berkembang, merupakan negara miskin. Dalam artian tidak memiliki sumberdaya ekonomi. Banyak negara berkembang yang justru memiliki kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia. Masalahnya adalah kelimpahan sumberdaya alam tersebut masih bersifat potensial, artinya dalam hal ini belum diambil dan di dayagunakan secara optimal. Sedangkan sumberdaya manusianya yang besar, belum sepenuhnya dipersiapkan, dalam arti pendidikan dan ketrampilannya untuk mampu menjadi pelaku pembangunan yang berkualitas dan berproduktivitas tinggi. Pada kondisi yang seperti demikian, maka sangatlah dibutuhkan adanya sumberdaya modal yang dapat digunakan sebagai penggerak pembangunan agar pembangunan ekonomi dapat berjalan dengan lebih baik, lebih cepat, dan berkelanjutan. Dengan adanya sumberdaya modal, maka semua potensi kelimpahan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia dimungkinkan untuk lebih di dayagunakan dan dikembangkan.
          Setiap tindakan ekonomi pasti mengandung berbagai konsekuensi, begitu jugs halnya dengan tindakan pemerintah dalam menarik pinjaman luar negeri. Dalam jangka pendek, pinjaman luar negeri dapat menutup defisit APBN dan ini jauh lebih baik dibandingkan jika defisit APBN tersebut harus ditutup dengan pencetakan uang baru oleh pihak Bank Sentral. Sehingga memungkinkan pemerintah untuk melaksanakan pembangunan dengan dukungan modal yang relatif lebih besar tanpa disertai efek peningkatan tingkat harga umum (inflasi) yang tinggi. Dengan demikian pemerintah dapat melakukan ekspansi fiskal untuk mempertinggi laju pertumbuhan ekonomi nasional. Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi berarti meningkatnya pendapatan nasional, yang selanjutnya memungkinkan untuk meningkatnya pendapatan perkapita masyarakat. Meningkatnya perdapatan perkapita berarti meningkatnya kemakmuran masyarakat.
          Dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri dapat menimbulkan permasalahan ekonomi pada banyak negara debitur. Di samping beban ekonomi yang harus diterima rakyat pada saat pembayaran kembali, juga beban psikologis politis yang harus diterima oleh negara debitur akibat ketergantungannya dengan bantuan asing. Perkembangan jumlah utang luar negeri Indonesia dari tahun ke tahun cenderung mengalami peningkatan. Hal ini tentu saja menimbulkan berbagai konsekuensi bagi bangsa Indonesia, baik dalam periode jangka pendek maupun jangka panjang.
          Dalam periode jangka pendek, utang luar negeri harus diakui telah memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi pembiayaan pembangunan ekonomi nasional. Sehingga dengan terlaksananya pembangunan ekonomi tersebut, tingkat pendapatan perkapita masyarakat bertumbuh selama tiga dasawarsa sebelum terjadinya krisis ekonomi. Terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, yang didahului oleh krisis moneter di Asia Tenggara, telah banyak merusakkan sendi-sendi perekonomian negara yang telah lama dibangun. Penyebab utama terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, juga sebagian negara-negara di ASEAN, adalah ketimpangan neraca pembayaran internasional. Defisit anggaran ditutup dengan utang luar negeri, terutama dengan modal yang bersifat jangka pendek yang relatif fluktuatif. Sehingga, apabila terjadi ancaman akan mengancam posisi cadangan devisa negara, akhirnya akan mengakibatkan terjadinya krisis nilai tukar mata uang nasional terhadap valuta asing. Hal inilah yang menyebabkan beban utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, bertambah berat bila dihitung berdasarkan nilai mata uang rupiah. Semakin bertambahnya utang luar negeri pemerintah, berarti juga semakin memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Ironisnya, semasa krisis ekonomi, utang luar negeri itu harus dibayar dengan menggunakan bantuan dana dari luar negeri, yang artinya sama saja dengan utang baru, karena pada saat krisis ekonomi penerimaan rutin pemerintah, terutama dari sektor pajak, tidak dapat ditingkatkan sebanding dengan kebutuhan anggaran belanjanya.
          Dalam jangka panjang akumulasi dari utang luar negeri pemerintah ini tetap saja harus dibayar melalui APBN, artinya menjadi tanggung jawab para wajib pajak. Dengan demikian, maka dalam jangka panjang pembayaran utang luar negeri oleh pemerintah Indonesia sama artinya dengan mengurangi tingkat kemakmuran dan kesejahteraan rakyat Indonesia masa mendatang. Adalah suatu hal yang tepat, bila utang luar negeri dapat membantu pembiayaan pembangunan ekonomi di negara- negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya. Tetapi, penggunaan utang luar negeri yang tidak dilakukan dengan bijaksana dan tanpa prinsip kehati-hatian, dalam jangka panjang utang luar negeri justru akan menjerumuskan negara debitur ke dalam krisis utang luar negeri yang berkepanjangan, yang sangat membebani masyarakat karena adanya akumulasi utang luar negeri yang sangat besar.


1.3.   Kesimpulan

          Pembangunan ekonomi merupakan prasyarat mutlak bagi negara-negara dunia ketiga, termasuk Indonesia, untuk memperkecil jarak ketertinggalannya di bidang ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dari negara-negara industri maju. Upaya pembangunan ekonomi di negara-negara tersebut, yang umumnya diprakarsai pemerintah, agak terkendala akibat kurang tersedianya sumber-sumber daya ekonomi yang produktif, terutama sumberdaya modal yang seringkali berperan sebagai katalisator pembangunan. Untuk mencukupi kekurangan sumberdaya modal ini, maka pemerintah negara yang bersangkutan berusaha untuk mendatangkan sumberdaya modal dari luar negeri melalui berbagai jenis pinjaman.
          Dalam jangka pendek, utang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Dengan demikian, laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya. Tetapi dalam jangka panjang, ternyata utang luar negeri pemerintah tersebut dapat menimbulkan berbagai persoalan ekonomi di Indonesia. Pada masa krisis ekonomi, utang luar negeri Indonesia, termasuk utang luar negeri pemerintah, telah meningkat drastis dalam hitungan rupiah. Sehingga, menyebabkan pemerintah Indonesia harus menambah utang luar negeri yang baru untuk membayar utang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo. Akumulasi utang luar negeri dan bunganya tersebut akan dibayar melalui APBN RI dengan cara mencicilnya pada tiap tahun anggaran. Sehingga jelas akan membebani masyarakat, khususnya para wajib pajak di Indonesia.


1.4.   Saran
          Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi sudah selayaknya harus diusahakan oleh pemerintah. Hutang luar negeri sebagai salah satu pinjaman modal harus digunakan untuk investasi jangka pendek maupun panjang, bukan pula digunakan untuk subsidi. Sehingga dengan demikian, hutang luar negeri dapat memberikan dampak yang baik bagi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi negara.





DAFTAR PUSTAKA

Rachbini, D. J. 1991. Konsekuensi Utang Luar Negeri (Vol. 9). Jakarta: Prisma. 

Rachmadi, A. L. 2013. "Analisis Pengaruh Utang Luar Negeri Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia (Studi Kasus Tahun 2001-2011)". Jurnal Ilmiah.

Sukirno, S. 1994. Makro Ekonomi Edisi Ke dua. Jakarta: Erlangga.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBANDINGAN ADMINISTRASI PUBLIK (OMBUDSMAN) ANTARA INDONESIA DAN SWEDIA

KULIAH PERDANA KOMUNIKASI ADMINISTRASI

INOVASI DIGITAL MANAJEMEN SISTEM INFORMASI PADA LAYANAN PUBLIK DI LINGKUNGAN PEMKAB SLEMAN